Follow Us @soratemplates

Selasa, 02 September 2014

CHOCOLATE LOVE MINT


”Cha , makan dulu” kata Mama saat aku baru saja pulang dari toko .
”Aku sudah makan , Ma. Aku capek, aku mau istirahat dulu ya” kataku
sambil menuju ke kamar .
”Pasti toko rame banget ya ?”
”Iya , Ma . banyak pesanan” kataku .
”Ya sudah , kamu istirahat dulu” Mama tersenyum .
Sekarang aku sibuk mengurus toko coklat yang aku rintis sendiri dari nol . Awal modalnya memang dari Mama, tapi aku bersyukur modal itu kembali cukup cepat, sehingga aku bisa mengembalikan modal dari Mama .
Setelah mandi, aku merebahkan tubuhku dikasur yang empuk. Aku mengingat kembali kejadian tadi sore di toko. Seorang pelanggan datang dan tidak begitu menyukai coklat mint buatanku. Coklat mint yang aku buat dengan resep ku sendiri. Dia bilang rasanya aneh. Tapi justru coklat itu paling laku dipasaran.
”Ini cokelat apa?” Tanya nya dengan raut muka yang menandakan bahwa dia tidak menyukai coklat itu .
”Cokelat mint. Nama nya mint chocolate island” jelas ku secara singkat .
”Cokelat Mint? Rasa mint seperti ini? Yang benar saja?”
”iya, itu cokelat mint yang dibuat dengan daun mint, kenapa? ada yang salah dengan rasa coklatnya?” jawab ku
”Ini bukan daun mint, kau pasti bohong! Atau memang daunnya yang sudah terlalu tua?” katanya nyolot.
”maaf, kami menggunakan bahan-bahan yang masih fresh”
”Lalu kenapa rasa cokelat ini aneh?” katanya lagi
”Mungkin ada kesalahan, saya tawarkan pada yang lain saja. Bagaimana?” Aku mencoba memberikan perlayanan yang terbaik, tapi dia malah langsung ngeloyor pergi
”Saya tidak suka disini” ucapnya ketus. Lalu dia beranjak pergi dari toko
Apa yang sebenarnya orang itu pikirkan? Dia tidak menyukai satu rasa, lalu dia pergi begitu saja? Oh God, orang yang aneh. Kayanya aku harus membuat resep lagi deh. Ada yang tidak suka dengan coklat mint buatanku, berarti ada yang salah dengan coklat itu.
Kata mama, dari kecil aku memang sangat menyukai coklat. Dulu mama pernah bilang kalo dia dulu pernah ngidam coklat mint. Makanya aku memilih coklat mint sebagai menu utama di toko.
Besok aku harus bisa membuat resep baru. Mungkin cowok tadi akan datang lagi dan mungkin cowok itu akan suka dengan resep yang baru.
*
”Kamu ngga sarapan?”
Aku bangun terlambat gara-gara semalaman memikirkan resep baru yang cocok buat toko ku nanti. Alhasil sekarang malah telat bangun .
“Aku udah telat, Ma. Aku berangkat ya” aku mencium pipi mama, lalu langsung berangkat ke sekolah.
Aku harus bisa membuat coklat yang enak nanti. Aku ngga mau kalo sampe toko ngga maju-maju karna satu orang yang tidak menyukai coklat ku. Dan memang sudah waktu nya aku membuat resep baru untuk toko ku.
Selama berjam-jam aku ada didapur toko. Dan akhirnya aku mendapatkan resep baru untuk toko ku, cokelat mint dengan tambahan kacang mede. Memang tidak seenak coklat mint yang biasa, tapi ini lumayan kok dan pelanggan pun meresponnya dengan baik.
Dan akhirnya cowok itu kembali lagi ke toko untuk mencicipi coklat mint ku, tapi responnya dia sama seperti yang sulu ia lakukan. Dia mencicipinya lalu dia pergi. Selalu seperti itu. Hingga akhirnya aku pun menegurnya.
“maaf, sepertinya anda sering datang kemari dan mencicipi coklat kami, tetapi anda tidak pernah membelinya” ujar ku dengan lembut .
“cokelatmu, masih sama seperti waktu itu . ini yang kau bilang coklat mint? Apa kamu tidak merasa ada yang kurang dengan coklat ini?” Tanya nya dengan nada suara yang cukup tinggi .
“Kenapa anda tidak mencoba yang lain nya?” Tanya ku.
“Saya hanya menyukai coklat mint, saya kira cokelat yang anda buat berbeda dengan coklat mint di toko cokelat yang lain. Tetapi rasanya tidak jauh beda dengan yang lain”
“Maksud anda? Saya tidak mengerti”
“Cokelat mint, cokelat ini dibuat dengan hati seperti layak nya kedua insan yang sedang jatuh cinta. Dua orang yang saling mencintai akan saling mengisi kekurangan satu sama lain dan saling berbagi. Berarti mereka tidak mau lebih dari yang lain. Begitu pula dengan cokelat mint. Cokelat mint harus seimbang sehingga rasanya pun pas. Karena mereka menjadi satu kesatuan”
“Maksud kamu, ini tidak pas?”
“Coba kau rasakan sendiri, apa yang kamu rasakan saat memakan coklat ini? Apakah sama seperti saat kamu jatuh cinta dan berbagi dengan orang yang kamu sayangi?” katanya lalu pergi.
Dengan penasaran, aku pun mencicipi coklat buatan ku itu. Dan memang benar yang dikatakannya. Rasa mint ini lebih besar daripada rasa coklat nya. sehingga kalau kita makan rasanya tidak pas. Ini lah yang membuat dia tidak menyukai coklat ku.
**
“Kamu mau pergi?” Tanya ku saat cowok itu hendak pergi lagi.
“Saya kira kamu akan mengubah rasanya”
“Aku tidak dapat mengubah rasa nya, karna pelanggan ku suka dengan rasa itu. Tetapi aku membuat coklat lain untuk mu. Mau coba?”
Dia mengangguk,
Kami duduk disebuah meja di pojok, dia menikmati cokelat yang baru saja aku buat tadi malam. aku hanya menunggu komentar dia. Berharap untuk kali ini aku tidak gagal.
“Bagaimana?”
Dia masih menutup matanya, menikmati coklat yang diulumnya. Lalu dia membuka mata dan tersenyum.
“Not Bad”
“Good Then”
“Kamu berbakat”
“Ngga juga, saya menyukai coklat sejak kecil. bahkan Mama saya bilang sejak di kandungan mama saya ngidam coklat mint. Lucu sih tapi saya rasa ini sudah menjadi panggilan dari dalam diri saya”
“Saya tau”
Aku langsung mengerutkan kening. Dia tau? Darimana dia tau?
“Kamu tau?”
“Aku tau kamu lupa. Sekarang kamu ingat-ingat dulu siapa orang yang sama-sama suka cokelat mint denganmu waktu dulu. Bila nanti kamu sudah ingat aku akan kembali besok. Aku minta kamu untuk membuat cokelat mint yang baru aku makan tadi, aku akan membelinya”
Dia pergi kekasir dan membayarnya, lalu pergi.
Siapa dia? Semalaman aku berfikir, orang ini pasti dekat denganku. Tapi kenapa aku lupa ya? Sampai aku tertidur pun nama orang itu sama sekali ngga terlintas di benak ku.
**
“Ma, aku mau nanya dong. Apa waktu kecil aku mempunyai teman yang suka sekali makan coklat mint seperti aku?” Tanya ku pada mama .
“Cokelat mint?”
“Iyaa, apa ada temanku yang suka cokelat mint?” mama berfikir sejenak.
“Teman kamu, mama ngga tau. Tapi mama ingat dulu ada anak temen mama yang suka banget sama cokelat mint, sama seperti kamu. Dulu kalo cokelat mint nya tinggal satu, pasti kalian berebut untuk mendapatkan nya”
“Siapa dia, Ma?”
“Kalo tidak salah namanya Savario”
“Savario? Waktu aku kecil ya?”
“Kenapa, cha?”
“Ngga, Mah. Gapapa. Yaudah ya ma, aku berangkat ke toko dulu”
Aku tau sekarang. Anak yang dulu gendut dan konyol itu, yang sering berebut cokelat denganku. Kenapa dia bisa seganteng itu ya?
“Pagiii” Sapa ku saat dia datang.
“Pagi, aku mau cokelat mint pesanan ku”
“Duduk dulu, ya”
“kamu sudah ingat?” Tanyanya sambil memakan cokelat mint.
“Dari mama kamu?”
Ko dia bisa tau? Padahalkan aku belum cerita.
“Dari reaksi kamu pasti iya. Secara kamu itu kan pikun. Mana ingat hal-hal yang dulu”
Aku ngga nyangka, ini orang tau banyak tentang aku.
“Cha, aku seneng kamu tetep suka cokelat mint”
“Sampe kapan pun aku ngga akan pernah benci sama cokelat mint. Sampe kapan pun juga aku ngga mau kalah sama kamu untuk lebih banyak ngabisin cokelat mint”

Aku mengambilkan piring berisikan cokelat mint kesukaan kami berdua, dan dia memakannya. Dia yang ngga terima langsung bangun dan mencoba untuk mengambilnya. Seperti mengenang masa-masakecil dulu, saat kami berebut cokelat mint.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar