”Cha , makan dulu” kata Mama saat aku baru saja
pulang dari toko .
”Aku
sudah makan
, Ma. Aku capek, aku mau istirahat dulu ya” kataku
sambil
menuju ke kamar .
”Pasti
toko rame banget ya ?”
”Iya
, Ma . banyak pesanan”
kataku .
”Ya
sudah , kamu istirahat dulu” Mama tersenyum .
Sekarang
aku sibuk mengurus toko coklat yang aku rintis sendiri dari nol . Awal modalnya
memang dari Mama, tapi aku bersyukur modal itu kembali cukup cepat, sehingga
aku bisa mengembalikan modal dari Mama .
Setelah
mandi, aku merebahkan tubuhku dikasur yang empuk. Aku mengingat kembali
kejadian tadi sore di toko. Seorang pelanggan datang dan tidak begitu menyukai
coklat mint buatanku. Coklat mint yang aku buat dengan resep ku sendiri. Dia
bilang rasanya aneh. Tapi justru coklat itu paling laku dipasaran.
”Ini
cokelat apa?” Tanya nya dengan raut muka yang menandakan bahwa dia tidak
menyukai coklat itu .
”Cokelat
mint. Nama nya mint chocolate island” jelas ku secara singkat .
”Cokelat
Mint? Rasa mint seperti ini? Yang benar saja?”
”iya,
itu cokelat mint yang dibuat dengan daun mint, kenapa? ada yang salah dengan
rasa coklatnya?” jawab ku
”Ini
bukan daun mint, kau pasti bohong! Atau memang daunnya yang sudah terlalu tua?”
katanya nyolot.
”maaf,
kami menggunakan bahan-bahan yang masih fresh”
”Lalu
kenapa rasa cokelat ini aneh?” katanya lagi
”Mungkin
ada kesalahan, saya tawarkan pada yang lain saja. Bagaimana?” Aku mencoba memberikan
perlayanan yang terbaik, tapi dia malah langsung ngeloyor pergi
”Saya
tidak suka disini” ucapnya ketus. Lalu dia beranjak pergi dari toko
Apa
yang sebenarnya orang itu pikirkan? Dia tidak menyukai satu rasa, lalu dia
pergi begitu saja? Oh God, orang yang aneh. Kayanya aku harus membuat resep
lagi deh. Ada yang tidak suka dengan coklat mint buatanku, berarti ada yang
salah dengan coklat itu.
Kata
mama, dari kecil aku memang sangat menyukai coklat. Dulu mama pernah bilang
kalo dia dulu pernah ngidam coklat mint. Makanya aku memilih coklat mint
sebagai menu utama di toko.
Besok
aku harus bisa membuat resep baru. Mungkin cowok tadi akan datang lagi dan
mungkin cowok itu akan suka dengan resep yang baru.
*
”Kamu
ngga sarapan?”
Aku
bangun terlambat gara-gara semalaman memikirkan resep baru yang cocok buat toko
ku nanti. Alhasil sekarang malah telat bangun .
“Aku
udah telat, Ma. Aku berangkat ya” aku mencium pipi mama, lalu langsung
berangkat ke sekolah.
Aku
harus bisa membuat coklat yang enak nanti. Aku ngga mau kalo sampe toko ngga
maju-maju karna satu orang yang tidak menyukai coklat ku. Dan memang sudah
waktu nya aku membuat resep baru untuk toko ku.
Selama
berjam-jam aku ada didapur toko. Dan akhirnya aku mendapatkan resep baru untuk
toko ku, cokelat mint dengan tambahan kacang mede. Memang tidak seenak coklat
mint yang biasa, tapi ini lumayan kok dan pelanggan pun meresponnya dengan baik.
Dan
akhirnya cowok itu kembali lagi ke toko untuk mencicipi coklat mint ku, tapi
responnya dia sama seperti yang sulu ia lakukan. Dia mencicipinya lalu dia
pergi. Selalu seperti itu. Hingga akhirnya aku pun menegurnya.
“maaf,
sepertinya anda sering datang kemari dan mencicipi coklat kami, tetapi anda
tidak pernah membelinya” ujar ku dengan lembut .
“cokelatmu,
masih sama seperti waktu itu . ini yang kau bilang coklat mint? Apa kamu tidak
merasa ada yang kurang dengan coklat ini?” Tanya nya dengan nada suara yang
cukup tinggi .
“Kenapa anda
tidak mencoba yang lain nya?” Tanya ku.
“Saya hanya menyukai
coklat mint, saya kira cokelat yang anda buat berbeda dengan coklat mint di
toko cokelat yang lain. Tetapi rasanya tidak jauh beda dengan yang lain”
“Maksud
anda? Saya tidak mengerti”
“Cokelat
mint, cokelat ini dibuat dengan hati seperti layak nya kedua insan yang sedang
jatuh cinta. Dua orang yang saling mencintai akan saling mengisi kekurangan
satu sama lain dan saling berbagi. Berarti mereka tidak mau lebih dari yang
lain. Begitu pula dengan cokelat mint. Cokelat mint harus seimbang sehingga
rasanya pun pas. Karena mereka menjadi satu kesatuan”
“Maksud
kamu, ini tidak pas?”
“Coba
kau rasakan sendiri, apa yang kamu rasakan saat memakan coklat ini? Apakah sama
seperti saat kamu jatuh cinta dan berbagi dengan orang yang kamu sayangi?”
katanya lalu pergi.
Dengan
penasaran, aku pun mencicipi coklat buatan ku itu. Dan memang benar yang
dikatakannya. Rasa mint ini lebih besar daripada rasa coklat nya. sehingga
kalau kita makan rasanya tidak pas. Ini lah yang membuat dia tidak menyukai
coklat ku.
**
“Kamu
mau pergi?” Tanya ku saat cowok itu hendak pergi lagi.
“Saya
kira kamu akan mengubah rasanya”
“Aku
tidak dapat mengubah rasa nya, karna pelanggan ku suka dengan rasa itu. Tetapi
aku membuat coklat lain untuk mu. Mau coba?”
Dia
mengangguk,
Kami
duduk disebuah meja di pojok, dia menikmati cokelat yang baru saja aku buat
tadi malam. aku hanya menunggu komentar dia. Berharap untuk kali ini aku tidak
gagal.
“Bagaimana?”
Dia
masih menutup matanya, menikmati coklat yang diulumnya. Lalu dia membuka mata
dan tersenyum.
“Not
Bad”
“Good
Then”
“Kamu
berbakat”
“Ngga
juga, saya menyukai coklat sejak kecil. bahkan Mama saya bilang sejak di
kandungan mama saya ngidam coklat mint. Lucu sih tapi saya rasa ini sudah
menjadi panggilan dari dalam diri saya”
“Saya
tau”
Aku
langsung mengerutkan kening. Dia tau? Darimana dia tau?
“Kamu
tau?”
“Aku
tau kamu lupa. Sekarang kamu ingat-ingat dulu siapa orang yang sama-sama suka
cokelat mint denganmu waktu dulu. Bila nanti kamu sudah ingat aku akan kembali
besok. Aku minta kamu untuk membuat cokelat mint yang baru aku makan tadi, aku
akan membelinya”
Dia
pergi kekasir dan membayarnya, lalu pergi.
Siapa
dia? Semalaman aku berfikir, orang ini pasti dekat denganku. Tapi kenapa aku
lupa ya? Sampai aku tertidur pun nama orang itu sama sekali ngga terlintas di
benak ku.
**
“Ma, aku mau nanya
dong. Apa waktu kecil aku mempunyai teman yang suka sekali makan coklat mint
seperti aku?” Tanya ku pada mama .
“Cokelat mint?”
“Iyaa,
apa ada temanku yang suka cokelat mint?” mama berfikir sejenak.
“Teman
kamu, mama ngga tau. Tapi mama ingat dulu ada anak temen mama yang suka banget
sama cokelat mint, sama seperti kamu. Dulu kalo cokelat mint nya tinggal satu,
pasti kalian berebut untuk mendapatkan nya”
“Siapa
dia, Ma?”
“Kalo
tidak salah namanya Savario”
“Savario?
Waktu aku kecil ya?”
“Kenapa,
cha?”
“Ngga,
Mah. Gapapa. Yaudah ya ma, aku berangkat ke toko dulu”
Aku
tau sekarang. Anak yang dulu gendut dan konyol itu, yang sering berebut cokelat
denganku. Kenapa dia bisa seganteng itu ya?
“Pagiii”
Sapa ku saat dia datang.
“Pagi,
aku mau cokelat mint pesanan ku”
“Duduk
dulu, ya”
“kamu
sudah ingat?” Tanyanya sambil memakan cokelat mint.
“Dari
mama kamu?”
Ko
dia bisa tau? Padahalkan aku belum cerita.
“Dari
reaksi kamu pasti iya. Secara kamu itu kan pikun. Mana ingat hal-hal yang dulu”
Aku
ngga nyangka, ini orang tau banyak tentang aku.
“Cha,
aku seneng kamu tetep suka cokelat mint”
“Sampe
kapan pun aku ngga akan pernah benci sama cokelat mint. Sampe kapan pun juga
aku ngga mau kalah sama kamu untuk lebih banyak ngabisin cokelat mint”
Aku
mengambilkan piring berisikan cokelat mint kesukaan kami berdua, dan dia
memakannya. Dia yang ngga terima langsung bangun dan mencoba untuk mengambilnya.
Seperti mengenang masa-masakecil dulu, saat kami berebut cokelat mint.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar