Follow Us @soratemplates

Jumat, 18 November 2016

Komunikasi Antara Pemilik Rumah Rajut Dengan Para Pekerja

23.06 0 Comments
Hari, tanggal   : Sabtu, 12 November 2016
Lokasi              : Bandung

1.      Dimensi isi
Dimensi isi adalah bagaimana pesan baik secara verbal ataupun non-verbal di sampaikan. Menurut saya, pesan yang disampaikan antara pemilik Rumah Rajut dengan para pekerjanya sangat baik. Sehinga meminimalisir miss komunikasi antara pemilik dengan para pekerjanya. Pesan yang disampaikan oleh pemilik dapat diterima secara utuh oleh para pekerjanya. Secara non-verbal pun, pemilik menggunakan komunikasi non-verbal ketika ada kesalahan dari para pekerjanya. Namun itu tidak berlangsung lama.

2.      Dimensi Kebisingan
Dimensi kebisingan yang terjadi di lingkungan Rumah Rajut sendiri tidak begitu berpengaruh kepada proses penyampaian pesan. Di dalam rumah produksi Rumah Rajut pun, hanya ditemukan kebisingan di level Study state – narrow band noise di tempat pekerja bekerja. Hal itu di hasilkan oleh benda-benda seperti kipas angin, dan suara mesin rajut yang sedang mengrajut sweater yang masih dalam tahap produksi.

3.      Dimensi Jaringan
Pemilik dari Rumah Rajut sendiri tidak hanya berbicara mengenai hal-hal tentang pekerjaan saja. Tetapi, apabila pekerjanya ada masalah yang di tampilkan oleh bahasa tubuh atau non-verbal, pemilik pun mengambil tindakan dengan cara mendengarkan apa masalahnya. Pemilik beranggapan, apabila pekerjanya ada masalah yang dia simpan sendiri, itu akan mempengaruhi proses produksi, dan akan berdampak kepada keseluruhannya. Maka dari itu, pemilik siap mendengarkan keluh kesah dari para pekerjanya yang mayoritas berasal dari kalangan wanita.

4.      Dimensi Arah
Menurut saya, proses komunikasi yang berjalan di Rumah Rajut ini bersifat dua arah. Dikarenakan pemilik tak sugnkan-sungkan menerima masukan dari para pekerjanya sepanjang itu membantu kinerja dari Rumah Rajut itu sendiri. Pemilik beranggapan bahwa, semakin banyak masukkan akan semakin baik untuk Rumah Rajut di kemudian hari. Sehingga, masukkan dari para pekerjanya dia tampung untuk menjadikan Rumah Rajut menjadi lebih baik. Lebih baik dari segi kualitas produk, maupun dari segi kualitas pelayanannya.








Selasa, 08 November 2016

ANALYSIS SWOT PT UNILEVER

15.47 2 Comments
Unilever Indonesia di dirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan di ubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1997 nama perusahaan di ubah menjadi PT Unilever IndonesiaTbk. Unilever Indonesia mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981 dan mempunyai lebih dari 1000 supplier.

Analisis SWOT

Ø  Strengths (Kekuatan):
  1.        Strategi promosi produk PT Unilever yang efektif dengan menampilkan model-model yang tipikal muda, berkulit putih, berambut panjang, sehingga memacu konsumen (lebih spesifik perempuan) untuk membeli produk tersebut agar dapat mengalami sendiri hasil yang diterima si model dalam iklan tersebut.
  2.       PT Unilever gencar di misi sosial, sehingga kedekatan dengan konsumen dapat terus terjaga. Hal ini terlihat dari pembelanjaan iklan dan promosi yang telah mendorong pertumbuhan penjualan di tengah pasar yang kompetitif. PT Unilever Indonesia sebagai salah satu perusahaan dengan belanja iklan terbesar menurut majalah marketing (top Brand Survey, edisi khusus 2007).
  3.      PT Unilever sudah memiliki jaringan distribusi sendiri sehingga distribusi produknya hingga ke daerah-daerah dapat terlayani.
  4.    PT unilever mempunyai moto “operational excellent with no compromise on quality”. Unilever dalam menjalankan operasinya dijalankan dengan baik tanpa mengabaikan kualitas produk.
  5.      Perencanaan baik dan kerja sama erat dengan para pemasok, konsumen dan distributor untuk menghantar produk-produk dari pabrik ke tempat-rempat penjualan.

Ø  Weaknesses (Kelemahan)
  1.     PT Unilever memiliki struktur matriks, yang terdapat beberapa tantangan yang mesti di hadapi perusahaan yaitu pertama, sulitnya koordinasi kegiatan antar departemen yang mempunyai agenda dan jadwal sendiri-sendiri. Kedua, komunikasi pada karyawan yang bisa menerima pesan yang berbeda-beda. Dan ketiga, resolusi konflik antara inisiatif dari dukungan departemen (SDM, keuangan, dan lain-lain) dengan departemen lini produk yang biasanya sangat berorientasi komersial.
  2.       Rendahnya respon pasar terhadap produk-produk tertentu.
  3.       Jumlah karyawan yang tambun.
  4.       Ketidakjelasan sertifikat halal untuk produk tertentu.
  5.       Mayoritas produk Unilever memiliki entry barrier rendah.

Ø  Opportunities (Kesempatan)
  1.    Stabilitas ekonomi yang relatif baik dengan pertumbuhan yang menggembirakan bagi ekonomi Indonesia sebesar 6.3%.
  2.     Pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah pulau-pulau seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
  3.       Tingginya kepuasan konsumen terlihat dari predikat prima indeks kepuasan konsumen.
  4.       Banyaknya pemain pasar nasional yang belum memiliki cara produksi kosmetik yang baik.
  5.       Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat akan jenis produk consumer goods.

Ø  Threats (Ancaman)
  1.      Adanya kenaikan biaya bahan baku dan bahan kemasan seperti minyak kelapa sawit, gula kelapa, dan bahan berbahan dasar petroleum yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak, bahan kimia dan komoditas lainnya.
  2.       Tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
  3.       Melemahnya daya beli konsumen.
  4.       Maraknya pemalsuan dan penyelundupan produk dari cina.
  5.     Rendahnya infrastruktur yang memadai berupa jalan yang menyebabkan tingginya biaya pemasaran produk.