1. Arti Penting Stress
Menurut Hans
Selye, “Stres adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap
tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya”. "Stres adalah reaksi atau
respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban
kehidupan)" (Dadang Hawari, 2001). "Stres adalah suatu kekuatan yang
mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang”
(Soeharto Heerdjan, 1987).
Secara umum, yang dimaksud Stres
adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan
emosi, dan lain-lain. Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant
Brecht (2000) bahwa yang dimaksud Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran
yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh
lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Beberapa
peneliti pada abad ini telah menghasilkan beberapa perbedaan konsep tentang
stres. Tiga dari konsep berikut ini memasukkan stres sebagai respons biologis,
stres sebagai kejadian lingkungan, dan stres sebagai transaksi antara individu
dengan lingkungan.
a. Local
Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap
stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,
akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek. Karakteristik
dari LAS:
ü Respon
yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
ü Respon
bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya
ü Respon
bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
ü Respon
bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini banyak
kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari seperti yang diuraikan dibawah ini
:
a) Respon
Inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi.
Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga
penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung
cepat.
b) Respon
Refleks Nyeri
Respon
ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan
lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
b. General
Adaptation Syndrom
Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan
akibat stress disebut sebagai general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga
fase:
Ø Alarm
Reaction (reaksi peringatan)
Pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor (perubahan)
dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemasatau khawatir tubuh
akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme
untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam. Ditambah
dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
Ø The
Stage of Resistance ( reaksi pertahanan)
Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui
tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala
psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping
berarti kegiatan menghadapi masalah,misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa
tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya.
Ø Stage
of Exhaustion (reaksi kelelahan)
Gejala psikosomatis
antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim,
dan berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan
atau terlalu banyak makan.
Menurut Hans Selya membagi stress membagi
stress dalam 3 tingkatan:
·
Eustress adalah respon
stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan
menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif,
misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
·
Distress merupakan respon
stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
·
Optimal stress
atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan
distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang
untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi,
meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Menurut Lazarus dan Folkman, kondisi
fisik, lingkungan, dan sosial merupakan penyebab dari kondisi stres disebut
dengan stressor.Istilah stressor pertama kali diperkenalkan oleh selye. Jenis
–jenis stressor dikelompokkan sebagai berikut : masalah perkawinan, masalah
keluarga, masalah hubungan interpersonal, masalah pekerjaan, lingkunagn hidup,
masalah hukum, keuangan, perkembangan penyakit fisis dan lain-lain
2. Tipe-tipe Stress Psikologi
Ada beberapa
jenis-jenis stressor psikologis (dirangkum dari folkman, 1984; Coleman,dkk,1984
serta Rice, 1992) yaitu:
1.
Tekanan
(pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk
mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku
tertentu.Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa,
mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering
ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang
berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat
menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian
sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive.
Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari
keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep
diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu
atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan
mendapatkan pasangan hidup.
2.
Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk
mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan
hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis
terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi
marah, penolakan maupun depresi.
3.
Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan
merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua
kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik
yaitu :
§ Approach
– approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua
alternatif yang sama-sama disukai,misalnya saja seseorang sulit menentukan
keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul
akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil.
Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
§ Avoidence
– avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan
yang sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang
hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia
belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti.
Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan
waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki
konsekuensi yang tidak menyenangkan.
§ Approach
– avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik
sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek
yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena
khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya
kelak tanpa rokok
3. Symptom-Reducing Responses terhadap Stress
Kehidupan akan
terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress
tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap
individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme
pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk
dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
v Indentifikasi
Identifikasi
adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
v Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang
tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki
nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia
miliki sangatlah memuaskan.
v Overcompensation/
reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang
tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta
melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.
Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara,
bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan
menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
v Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang
peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan
yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima
oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang
disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
v Proyeksi
Proyeksi
adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada
objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu
proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya.
v Introyeksi
Introyeksi
adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya
seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut
ke dalam pribadinya
v Reaksi
konversi
Secara
singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik.
Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya
menjadi pucat dan berkeringat.
v Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak
dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan
sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan
kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
v Supresi
Supresi
yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu
tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan
berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
v Denial
Denial
adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi
pantangannya.
v Regresi
Regresi
adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi,
ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang
digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
v Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan
lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan
rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
v Negativisme
Adalah
perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain
dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah
gurunya dengan bolos sekolah.
Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk
menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku
agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha
menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung. Selain mekanisme
pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi serta mengurangi stress yang
timbul karena adanya stressor, individu dapat juga menggunakan berbagai
strategi coping yang spontan untuk mengatasi stress “minor”.
Coping strategy merupakan
koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit
atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari
proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping
yang efektif dan cocok dengan stressoryang dihadapinya, stressor tersebut
tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan
menjadi suatu stimulan yang memberikanwellness dan prestasi.
Untuk mengatasi stres “minor”,
individu dapat melakukan berbagai macam koping spontan dan sederhana. Tidak
perlu memerlukan banyak biaya dan waktu yang dikorbankan. Stres “minor”
merupakan stres yang tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap individu yang
merasakannya. Misalnya seperti kecelakaan, mendapat nilai yang buruk di rapot,
telat datang ke kantor, dan lain sebagainya. Biasanya jika tingkat stres yang
dirasakan individu cukup parah, peranan obat/medikasi sangat membantu. Namun
terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan di saat stres juga tidak baik
pengaruhnya bagi kesehatan fisik.
Ada beberapa teknik terapi yang
dicobakan untuk mengatasi stres.Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk
mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk
menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya
sebagaifeedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedbackkurang
efektif untuk digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor,
individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena
cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres. Relaksasi
dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa
rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang
mengalami stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu
meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam
dan pikira menjadi lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang ada,
menguah sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres
yang dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa
merasa lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam
menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.
4. Pendekatan Problem Solving terhadap Stress
Lazarus &
Folkman (1986) mengidentifikasikan berbagai jenis strategi coping, baik secara
problem-focused maupun emotion-focused, antara lain:
ü Planful
problem solving yaitu usaha untuk mengubah situasi, dan menggunakan usaha
untuk memecahkan masalah.
ü Confrontive
coping yaitu menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi, mencari
penyebabnya dan mengalami resiko.
ü Seeking
social support yaitu menggunakan usaha untuk mencari sumber dukungan
informasi, dukungan sosial dan dukungan emosional.
ü Accepting
responsibility yaitu mengakui adanya peran diri sendiri dalam masalah.
ü Distancing yaitu
menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian lebih kepada hal yang
dapat menciptakan suatu pandangan positif.
ü Escape-avoidance yaitu
melakukan tingkah laku untuk lepas atau menghindari.
ü Self-control yaitu
menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan perasaan diri sendiri.
ü Positive
reappraisal yaitu menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal positif
dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menyangkut religiusitas.
Sumber:
Rochman,
K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto. Fajar Media Press
Halgin,
R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar