Dalam suatu
interaksi, dapat dimungkinkan munculnya hubungan interpersonal dimana hubungan
antara pihak-pihak yang berinteraksi telah menjadi lebih jauh. Dalam hubungan
interpersonal terdapat beberapa unsur yang dapat digunakan dalam
mengklasifikasi hubungan interpersonal tersebut. Unsur tersebut meliputi jumlah
individu yang terlibat, tujuan yang ingin dicapai, jangka waktu hubungan, serta
tingkat kedalaman atau keintiman hubungan.
Hubungan interpersonal sendiri
dibagi kedalam empat model. Model sendiri menurut B.Aubrey Fisher merupakan
analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan unsur, sifat,
atau komponen yang penting dari sebuah fenomena. Dengan kata lain model adalah
gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Model Pertukaran
sosial( social exchange model) dimana didefinisikan secara singkat bahwa
hubungan interpersonal diidentifikasikan dengan transaksi dagang. Untuk
memperoleh sesuatu ada harga yang arus dibayar (cost-reward).
Model Peranan (role model). Dalam
model ini, hubungan interpersonal digambarkan sebagai panggung sandiwara.
Individu akan dipandan baik bila dapat memainkan perana sesuai ekspektasi lawan
hubungan. Bila individu tersebut bertindak jauh dari ekspektasi, maka hubungan
interpersonal cenderung akan menjadi lebih renggang.
Model Permainan (games people play
model). Untuk menjelaskan model ini digunakan analisis transaksional dimana
manusia diklasifikasikan dalam tiga karakter, yaitu kepribadian anak-anak,
dewasa, dan orang tua.
Model Interaksional. Interaksi
menurut KBBI (2001:438) didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi,
berhubungan, mempengaruhi, antarhubungan. Dan Model, seperti yang telah saya
sebutkan diatas merupakan gambaran untukmenjelaskan sebuah teori. Model
Interaksional dapat dipahami sebagai gambaran tertentu untuk menjelaskan teori
mengenai suatu bentuk hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya yang
saling melakukan aksi. Dalam model interaksional ini, suatu hubungan
interpersonal didefinisikan sebagai suatu sistem. Saya mengambil analogi sistem
pencernaan manusia. Dalam sistem tersebut, masing masing organ seperti mulut,
kerongkongan, lambung, dan usus harus dapat melaksanakan kewajibannya
dengan baik. Bila salah satu organ dalam sistem mendapatkan gangguan, maka akan
mengganggu kinerja organ lainnya. Demikian pula halnya dengan hubungan
interpersonal yang terjadi antara satu pihak dengan pihak lainnya. Suatu
gangguan atau permasalahan pada satu pihak akan berengaruh terhadap pihak
lainnya. Model hubungan ini amat berbeda dengan model linier dimana suatu
hubungan (dalam bentuk komunikasi) hanya terdiri atas satu arah. Model s-r
menggambarkan hanya mengenai stimulus dan respon. Fokus kajian dalam model s-r
hanya sampai tahap dimana pihak penerima stimulus memberikan respon. Model
Interaksional yang memandang hubungan sebagai sebuah sistem menggambarkan lebih
jauh dari sekedar proses stimulus hingga keluarnya respon. Bila model linier
menggambarkan bahwa individu bersikap pasif, maka dalam model interaksional ini
digambarkan bahwa individu bersifat aktif. Model interaksional mengacu pada
perspektif interaksionisme simbolik yang dikembangakan oleh ilmuwan sosial
untuk menjelaskan komunikasi. Beberapa konsep penting dalam model interaksional
ini adalah diri sendiri, oang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.
Blumer sebagai tokoh penganut interaksional, mengemukakan tiga premis yang
menjadi premis model ini. Premis pertama mngemukakan bahwa manusia bertindak
sesuai makna yang diberikan kepadanya. Pemis kedua mengatakan bahwa makna
tersebut berhubungan langsung dengan interaksi sosil yang dilakukan individu
dalam lingkungannya. Premis yang ketiga menyatakan bahwa makna diciptakan,
dipertahankan, dan diubah melalui proses penafsiran yang dilakukan individu
dalam berinteraksi dengan sekitarnya. Model Interaksional menekankan bahwa
individu yang melakukan hubungan sederajat satu sama lain. Elemen yang juga
penting diperhitungkan dalam model ini adalah feed backatau umpan balik.
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan
sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya
menentukan content melainkan juga menentukanrelationship. Dari segi
psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan
interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang
lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan
Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial
sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah
bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan
sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi
ganjaran dan biaya. Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai
positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat
berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya.
Sedangkan suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik,
kecemasan, dankeruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat
menimbulkan efek-efek tidak menyenangkan. Haree dan Lamb (1996) mendefinisikan
teori analisis transaksional sebagai sesuatu teori kepribadian dan tingkah laku
social yang dipakai sebagai wahana untuk psikioterapi dan perubahan social yang
lebih umum. Konsep kepribadian dan prilaku social dalam teori ini dipandang
sebagai satu kesatuan dimana struktur kepribadian seseorang diyakini akan
mempengaruhi cara yang bersangkutan berinteraksi secara social. Komunikasi atau
tindakan membina hubungan dengan orang lain merupakan wujud interaksi social.
Karena alasan ini kemudian analisis transaksional menempatkan tindakan
komunikasi antar manusia sebagai bagian yang tak terlepaskan. Menurut teori
analisis transaksional, ketika dua lebih orang bertemu, cepat atau lambat;
salah satu dari mereka akan menyapa atau memberikan indikasi lainnya atas
kehadiran orang lain. Hal ini disebut “ Stimulus Transaksional”. Orang lain tersebut
kemudian akan mengatakan atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan stimulus
yang diterima. Respon yang diberikan orang lain tersebut dinamai “Tanggapan
Transaksional”. Orang yang menyampaikan stimulus disebut “agen” dan orang yang
merespon disebut “Responden”
B. Memulai Hubungan
Adapun
tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan.
Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase
pertama,“fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak
untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha
menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka
merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap
ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi
pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a)
informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c)
rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang
lain; serta g) hobi dan minat.
2. Peneguhan
Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi
selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal,
diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada
empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b)
kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat. Keakraban
merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan
terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang
diperlukan.
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan
mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda
sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebi banyak, siapa
yang menentukan, dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing
ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor ketiga adalah
ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari .
Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon
dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan.
Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan verbal,
tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan
main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang
menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami
keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat. Faktor
terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana
emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi
interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi
interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan
mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi
3. Hubungan
Peran
a. Model
peran
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah
yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila
setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya
b. Model
Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan.
Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan
bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai
kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium
dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan
interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi
dan pelaksanaan peranan.
> Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict
Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu: Kompetisi dimana salah satu pihak berusaha
memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan
kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan oranglain. Dominasi, dimana
salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut
merasakan hak-haknya dilanggar. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha
menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai. Provokasi, dimana
salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung
perasaan yang lain. Perbedaan nilai dimana kedua pihak tidak sepakat tentang
nilai-nilai yang mereka anut. Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal,
yaitu:
Ø berdasarkan
jumlah individu yang terlibat.
Ø berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai
Ø berdasarkan
jangka waktu, serta
Ø berdasarkan
tingkat kedalaman atau keintiman
Hubungan
interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2,
yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan hubungan atara
dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik.
William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap
hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan
wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang
lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola
berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan
hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara
tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/
kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih
didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil
melalui negosiasi).
Hubungan
interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu
hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan
yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dokter, hubungan
mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain. Sedangkan
hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk
menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan
sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang
kenalan saat makan siang dan sebagianya. Hubungan interpersonal berdasarkan
jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan
jangka panjang.
Hubungan
jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya
hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin
lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya
berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan
sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka
semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya. Selain ketiga jenis hubungan
interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi jenis
hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman,
yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan
hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan
hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure).
Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan
diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan
jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu
hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan
individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini
bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual. Terdapat beberapa hal
yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu:
a. Komunikasi
efektif
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan
antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan
informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau
gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki
kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila
berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan
tidak enak
b. Ekspresi
wajah
Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat
menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan akan
menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai kemarahan dan seterusnya.
Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Wajah
merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan makna dalam
beberapa detik raut wajah akan menentukan dan menggerakkan keputusan yang
diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan tindakan
yang akan diambil.
c. Kepribadian
Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan
terjalin. Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan,
karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan
dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan
tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan
karakteritik atau sifat yang dibawanya.
d. Stereotyping
Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai
orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini
kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat, terutama pada
saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk melakukan perbaikan.
Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara
memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan
pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau malas. Penggunaan
cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak stimuli yang diterimanya dan
merupakan pengkatagorian pengalaman untuk memperoleh informasi tambahan dengan
segera. Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan
perilakunya atau kita cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih
sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap
mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, norma,
aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya, agama,
ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan masing-masing.
e. Daya
tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang
orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa
dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan
cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap
memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai
bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai
cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang
baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan
personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan
diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang
lain.
f. Ganjaran
Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan
atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai orang
yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi dagang,
dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya.
Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan orang-orang disekitarnya
sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan
program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan sosial.
g. Kompetensi
Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang
lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan
cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli dan
mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam situasi krisis,
para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan dari
individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untu mendorong
penyelesaian
C. Intimacy dan Hubungan Pribadi
Secara harfiah
intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan atau keakraban dengan orang lain.
Intimasi dalam pengertian yang lebih luas telah banyak dikemukan oleh para
ahli. Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang
kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan. Sullivan (Prager,
1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang
untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian,
Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan
emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain,
keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi
kegemaran dan aktivitas yang sama.
Intimasi menurut Levinger &
Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang
dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya
saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan
dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih
bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan,
pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk
perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung
jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
Atwater (1983) mengemukakan bahwa
intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan
kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi
mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan
perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang
penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan
memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui
saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta
kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia
dkk, 2001). Selain itu dalam proses intimasi perlu untuk memasukkan unsur
perasaan bersatu dengan orang lain. Kebutuhan untuk bersatu dengan orang lain
merupakan pendorong yang sangat kuat bagi individu untuk membentuk suatu
hubungan yang kuat, stabil, dekat dan terpelihara dengan baik (Papalia dkk,
2001). Kedekatan perasaan seperti ini dapat menimbulkan suatu hubungan yang
erat dimana hubungan ini sebagai lambang dari empati (Parrot dan Parrot, 1999).
Berdasarkan beberapa pengertian intimasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
intimasi adalah suatu hubungan interpersonal yang berkembang dari hubungan
timbal balik antara dua individu, yang terwujud melalui saling berbagi berbagi
perasaan dan pikiran yang terdalam, saling membuka diri, serta saling menerima
dan menghormati satu sama lain.
D. Intimacy dan Pertumbuhan
Sullivan
(Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian
seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah
ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama
lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Factor-factor yang menumbuhkan
hubungan interpersonal uang baik berhubungan dengan orang lain tanpa menilai
dan tanpa berusaha mengendalikan.factor kedua yang menumbuhkan sikap percaya
pada diri orang lain.Kejujuran, factor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.sikap yang
mengurangi sikap defensive dalam komunikasi. Amat besar pengaruhnya dalam
menumbuhkan komunikasi interpersonalyangefektif. Teori-teori tentang efek
komunikasi yang oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula
hypodermic needle theory, teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan
yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori
peluru yang dikemukakan Wilbur Schramm pada tahun 1950-an ini kemudian dicabut
pada tahun 1970-an dan meminta kepada para pendukungnya yang menganggap teori
ini tidak ada. Sebab khalayak yang menjadi sasaran media ini ternyata tidak
pasif. Kemudian muncul teori model atau model efek terbatas, Hovland mengatakan
bahwa pesan komunikan efectif dalam menyebarkan informasi, bukan dalam mengubah
perilaku.
Penelitian Cooper dan Jahoda pun
menunjukan bahwa persepsi selektif dapat mengurangi efektifitas sebuah
pesan.Contoh : seorang gadis berjalan lenggak-lenggok seperti pragawati dan
banyak pria terpana padanya sampai-sampai tak berkedip, itu merupakan pola S –
R. Proses ini merupakan bentuk pertukaran informasi yang dapat menimbulkan efek
untuk mengubah tindakan komunikasi (communication act). Model S – R
mengasumsikan bahwa perilaku individu karena kekuatan stimulus yang dating dari
luar dirinya, bukan atas dasar motif dan sikap yang dimiliki.
Sumber:
eprints.undip.ac.id/10947/1/SKRIPSI.pdf
Rochman,
K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto. Fajar Media Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar