Follow Us @soratemplates

Rabu, 26 April 2017

TERAPI PSIKOANALISIS DAN TERAPI RET

Ilustrasi kepribadian
© Zurijeta /shutterstock


A.    Definisi Psikoanalisis
      Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Psikoanalisis berasal dari uraian tokoh psikoanalisa yaitu Sigmund Freud yang mengatakan bahwa gejala neurotic pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatic dari pengalaman seksual pada masa kecil. Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa lima tahun pertama dalam kehidupannya.

B.     Konsep Utama Terapi Psikoanalisis
1.      Struktur kepribadian
Ø  Id : Tidak memiliki kontak yang nyata dengan dunia nyata, id berfungsi untuk memperoleh kepuasan sehingga disebut sebagai prinsip kesenangan
Ø  Ego : Disebut juga sebagai prinsip kenyataan. Ego berhubungan langsung dengan duni nyata, ego juga memiliki peran untuk mengambil keputusan dalam kepribadian. Ego menjadi penengah/penyeimbang antara id dan superego
Ø  Super Ego : Disebut sebagai prinsip ideal. Kepribadian yang terlalu didominasi oleh super ego akan merasa selalu bersalah, rasa inferiornya yang besar.

2.      Kesadaran & Ketidaksadaran
Ø  Konsep ketidaksadaran:
ü  Mimpi yang merupakan pantulan dari kebutuhan, kenginan dan konflik yang terjadi dalam diri
ü  Salah ucap / lupa
ü  Sugesti pasca hipnotik
ü  Materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas
ü  Materi yang berasal dari teknik proyektif

3.      Kecemasan
            Adalah suatu keadaan tegang atau takut yang mendalam akan peristiwa yang akan terjadi/belum terjadi. Kecemasan juga timbul akibat konflik dari id, ego, dan superego. Kecemasan terdiri dari 3 jenis yaitu kecemasan neurosis yaitu cemas akibat bahaya yang belum diketahui, kecemasan moral yaitu cemas akibat konflik antara kebutuhan nyata/realistis dan perintah superego, dan yang ketiga adalah kecemasan realistis yaitu kecemasan yang terkait dengan rasa takut misalnya kecemasan akan bahaya.

C.    Tujuan Terapi :
1.      Mengungkapkan konflik-konflik yang dianggap mendasari munculnya ketakutan yang ekstrem dan reaksi menghindar yang menjadi karakteristik gangguan ini.
2.      Membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat pasien sadar akan hal yang selama ini tidak disadarinya.
3.      Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.

D.    Peran Terapis :
1.      Membantu pasien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis.
2.      Membangun hubungan kerja dengan pasien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
3.      Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan pasien
4.      Mendengarkan kesenjangan & pertentangan pada cerita pasien

E.     Teknik Terapi Psikoanalisa:
1.      Asosiasi bebas :
            Terapi asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu & pelepasan emosi-emosi yg berkaitan dengan situasi traumatik di masa lalu. Pasien secara bebas mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan, termasuk apa yang selama ini ditekan di alam bawah sadar. Pasien mengungkapkan tanpa dihambat atau dikritik. Namun, ada hal yang menjadi salah satu hambatannya yaitu pasien melakukan mekanisme pertahanan diri saat mengungkapkan hal, sehingga tidak semua hal bisa terungkap. Maka, pasien diminta untuk berbaring di dipan khusus dan psikoanalisnya duduk di belakang. Pasien dan psikoanalis tidak berhadapan langsung, sehingga diharapkan pasien dapat mengungkapkan pikirannya tanpa merasa terganggu, tertahan, atau terhambat oleh terapis.

2.      Penafsiran
            Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi. Dengan kata lain teknik ini digunakan untuk menganalisis teknik-teknik yang lainnya. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri.

3.      Analisis Mimpi
            Adalah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada pasien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar menuju kesadaran karena pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di alam bawah sadar bisa muncul ke permukaan. Pada teknik ini difokuskan untuk mimpi-mimpi yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.

4.      Analisis Resistensi
            Adalah dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa menerobos kecemasan yang ada pada pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan timbulnya resitensi tersebut. Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa menanganinya dan bisa mengubah tingkah lakunya.

5.      Analisis Transferensi/Pengalihan
            Adalah teknik utama dalam terapi psikoanalis karena dalam teknik ini, masa lalu dihidupkan kembali. Pada teknik ini diharapkan pasien dapat memperoleh pemahaman atas sifatnya sekarang yang merupakan pengaruh dari masa lalunya.


RATIONAL EMOTIVE THERAPY (RET)


A.    Definisi RET
      Teori ini mulai dikembangkan oleh Albert Ellis (lahir tahun 1913) di Amerika Serikat. Ellis berpendapat bahwa teori rasional emotif yang dikembangkan awal tahun 1960-an adalah merupakan gelombang baru yang ketiga dalam dunia treatment psikologis, setelah munculnya gelombang pemikiran psikoanalitik dari Sigmund Freud di Eropa dan gelombang pemikiran Rogerian di Amerika sekitar tahun 1950-an.

B.     Konsep Dasar
Konsep dasar RET adalah sebagai berikut:
1.      Manusia dilahirkan dengan berbagai kekuatan dan potensi untuk kehidupan. Salah satu kekuatan yang unik pada manusia adalah potensi berpikir rasional. Di samping itu ada pula potensi lainnya, yakni berpikir irasional.
2.      Pikiran dan emosi adalah dua potensi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Emosi selalu menyertai proses berpikir.
3.      Berpikir irasional adalah merupakan kenyataan hidup manusia yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman serta proses belajar yang tidak logis, yang diperoleh dari orang tua, keluarga, masyarakat dan kebudayaan.
4.      Emosi dan pemikiran-pemikiran negatif yang bersifat merusak diri harus ditangani melalui pemikiran yang rasional, sehingga pemikiran yang irasional dapat diubah ke arah pemikiran yang rasional.
5.      Perasaan dan pikiran sangat erat hubungannya. Namun, kedua potensi ini mempunyai sifat dan fungsi saling komplementer.

C.    Tujuan Konseling
1.      Tujuan umum:
a.       Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan ilogis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self actualization-nya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan efektif yang positif.
b.      Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri, seperti: rasa benci, rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, rasa was-was, rasa marah. Sebagai konsekuensi dari cara berpikir dan sistem keyakinan yang keliru dengan jalan melatih dan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan, nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.

2.      Tujuan khusus:
a.       Self Interest : menciptakan kesehatan mental termasuk keseimbangan emosional pada seseorang terletak pada diri sendiri, bukan dari orang lain. Maka konseling harus berfokus pada kesadaran diri klien itu sendiri.
b.      Self Direction : individu yang memiliki kesehatan mental yang baik akan selalu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
c.       Tolerance : mendorong dan membangkitkan rasa toleransi klien terhadap orang lain meskipun ia bersalah.
d.      Acceptance of Uncertain : individu yang matang emosinya bersedia menerima kenyataan bahwa di dunia ini segala sesuatu mungkin terjadi.
e.       Fleksibel : mendorong klien agar luwes dalam bertindak secara intelektual, terbuka terhadap suatu masalah sehingga diperoleh cara-cara pemecahannya yang dapat mendatangkan kepuasan kepada diri klien sendiri.
f.       Commitment : individu yang sehat perlu dapat mengembangkan sikap dan perasaan komitmen dengan lingkungannya.
g.      Scientific Thinking : berpikir irasional secara objektif adalah tujuan dari konseling rasional emotif. Berpikir rasional bukan hanya terhadap orang lain tetapi terhadap diri sendiri.
h.      Risk Taking : mendorong dan membangkitkan sikap keberanian dalam diri klien untuk mengubah nasibnya melalui kehidupan nyata, meskipun belum tentu berhasil.
i.        Self Acceptance : penerimaan terhadap diri sendiri, terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri dengan rasa gembira dan senang.

D.    Hubungan Pertolongan (Helping Relationship)
RET mempunyai karakteristik dalam Helping Relationship sebagai berikut:
1.      Aktif Direktif : artinya dalam hubungan konseling atau terapeutik di sini terapis atau konselor lebih aktif dalam membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
2.      Kognitif Rasional : artinya bahwa hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3.      Emotif Eksperensial : bahwa hubungan yang dibentuk juga harus melihat aspek emotif klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional sekaligus membongkar akar-akar keyakinannya yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4.      Behavioristik : artinya bahwa hubungan yang dibentuk harus menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan behavioral (tingkah laku) dalam diri klien.
5.      Kondisional : artinya bahwa hubungan dalam RET dilakukan dengan membuat kondisi-kondisi tertentu terhadap klien sebagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan konseling.

E.     Fungsi dan Peranan Konselor dalam RET
1.      Konselor bertugas mendorong dan meyakinkan kepada klien bahwa klien harus memisahkan keyakinannya yang rasional dari keyakinannya yang irasional.
2.      Konselor menunjukkan kepada klien bahwa berpikir yang ilogis sebenarnya adalah sumber dari gangguan terhadap kepribadiannya.
3.      Konselor mencoba mengarahkan klien untuk berpikir dan membebaskan ide-ide yang tidak rasional.
4.      Mengajar klien bagaimana mengaplikasikan pendekatan ilmiah, objektif dan logis dalam berpikir dan selanjutnya melatih diri untuk menghayati sendiri bahwa ide-ide irasional hanya akan mengembangkan perilaku dan perasaan-perasaan yang dapat menghancurkan atau merusak diri sendiri.

F.     Teknik-Teknik RET
1.      Teknik Assertive Training, yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan pola perilaku tertentu yang diinginkan.
2.      Teknik Sosiodrama, yaitu teknik yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan klien, melalui suatu suasana yang didramasasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan maupun melalui gerakan-gerakan dramatis. Teknik dilakukan untuk melatih perilaku verbal dan non verbal yang diharapkan dari klien.
3.      Teknik Self Modeling, yakni teknik yang digunakan dengan meminta klien untuk berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
4.      Teknik Imitasi, yakni teknik yang digunakan di mana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud melawan perilakunya sendiri yang negatif.
5.      Teknik-teknik Behavioristik:
a.       Teknik Reinforcement, yakni teknik yang digunakan untuk mendorong klien ke arah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment.
b.      Teknik Social Modeling, yakni teknik yang digunakan untuk membentuk perilaku-perilaku baru pada klien. Model-model dalam Social Model, antara lain:
ü  Live Model, digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan orang tua, orang dewasa, guru atau dengan teman-teman sekelompoknya.
ü  Filmed Model, suatu model perilaku yang di filmkan, sehingga klien dapat mengimitasikan dan mengidentifikasi dirinya dengan model perilaku yang dimunculkan dalam film.
ü  Audio Tape Recorder Model.
6.      Teknik Counter Conditioning : teknik ini untuk menanggulangi perilaku-perilaku seperti anxiety, fearsi, phobia, defensive, dan perilaku maladaptive lainnya. Beberapa jenis teknik Counter Conditioning antara lain:
a.       Systematic Desensitization, dalam teknik ini konselor menciptakan suatu kondisi atau situasi tertentu yang secara potensial merupakan penyebab dari munculnya perasaan negatif klien, namun situasi itu memberikan keadaan rileks kepada klien itu sendiri.
b.      Relaxation, teknik ini digunakan bila kondisi klien sedang dalam tahap pertentangan antara keyakinannya yang irasional dan menimbulkan ketegangan.
c.       Self Control, teknik ini digunakan untuk memodifikasi perilaku klien dengan jalan membangkitkan dan mengembangkan self control-nya.
7.      Teknik-teknik Kognitif : teknik ini digunakan dengan maksud melawan sistem keyakinan yang irasional dari klien serta perilakunya yang negatif. Dengan sisitem ini klien didorong dan dimodifikasi aspek kognitifnya agar dapat berpikir dengan cara yang rasional dan logis. Beberapa teknik kognitif yang cukup dikenal ialah:
a.       Home Work Assignment, dalam teknik ini klien diberikan tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri serta meninternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntun pola perilaku yang diharapkan.
b.      Bibliotherapy, teknik ini digunakan untuk membongkar akar-akar keyakinan yang irasional dan ilogis dalam diri klien serta melatih klien dengan cara-cara berpikir rasional dan logis dengan mempelajari bahan-bahan bacaan yang telah dipilih dan ditentukan oleh konselor.
c.       Diskusi, melalui teknik ini klien dapat mempelajari pengalaman-pengalam orang lain serta dapat menimba berbagai informasi yang dapat mempengaruhi dan mengubah keyakinannya serta dapat berpikir yang irasional dan tidak objektif.
d.      Simulasi, teknik ini digunakan untuk memberi kemungkinan kepada klien mempraktekan perilaku-perilaku tertentu melalui suatu kondisi simulatif yang mendekati kenyataan.
e.       Gaming, teknik ini terutama digunakan untuk melatih dan menempatkan kita dalam peran tertentu.
f.       Paradoxical Intention (keinginan yang berlawanan). Teknik ini didasarkan pada asumsi bahwa seseorang yang mulai memperhatikan keinginan atau hasrat yang tidak baik (negatif) dengan sendirinya akan menjadi jera dengan jalan menciptakan kondisi hiperintention, yakni mempertinggi hasrat atau keinginan, sehingga pada titik kulminasi tertentu orang itu akan menghilangkan sama sekali keinginan itu.
g.      Assertive, teknik digunakan untuk melatih keberanian diri klien dalam mengekspresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau social modeling.

Sumber :
Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality (7th ed.). New York: McGraw-Hill.
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
https://cahyaintanp.wordpress.com/2015/04/04/terapi-psikoanalisis-sigmund-freud/

http://nuraenilee.blogspot.co.id/2012/07/2.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar