Follow Us @soratemplates

Senin, 09 Mei 2016

SELF-DIRECTED CHANGES

20.54 0 Comments
A.    Konsep dan Penerapan Self Directed Changes
            Self Directed Changes adalah langkah-langkah dalam elemen dasar untuk meningkatkan kompetensi orang dewasa. Artinya teori ini menjelaskan bagaimana seseorang mengubah dirinya kearah yang lebih baik. Dalam teori ini, seseorang akan mendapat dorongan untuk berubah ketika ia berada dalam kodisi seperti ini:
ü  Individu merasa tidak puas terhadap kondisi aktual dirinya saat ini (actual)
ü  Tetapi individu memiliki gambaran yang jelas tentang kondisi ideal yang ingin dicapai (ideal)
ü  Individu mempunyai gambaran jelas tentang apa yang harus dilakukan agar dapat mencapai kondisi ideal yang berawal dari kondisi actual (action step)
            Artinya individu harus merasa tidak puas terhadap kondisinya dan mempunyai keinginan untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Tapi hal yang paling penting adalah individu harus tahu langkah-langkah yang harus individu jalani agar dapat mencapai kondisi yang ingin dia capai. Artinya individu harus dapat mengenal dirinya dengan baik, juga mengerti seluk beluk tujuan yang ingin digapainya. Self Directed Change mempunyai tahapan terapan sebagai berikut:
1.      Meningkatkan Kontrol Diri
    Definisi kontrol diri atau self control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif. Artinya individu harus dapat bisa meningkatkan kontrol diri agar dapat menuju konsenkuensi positif yang didalam ini adalah kondisi actual step.

2.      Menetapkan Tujuan
         Tujuan sangat penting untuk menambah motivasi untuk berubah, dengan adanya tujuan kita dapat mengetahui langkah-langkah yang harus disusun untuk menuju tujuan tersebut, tapi yang terpenting kita harus mempunyai tujuan terlebih dahulu. Tujuan terbersar bisa didukung juga dengan target-target kecil yang sebenarnya mendukung untuk menuju tujuan terbesar.

3.      Pencatatan Perilaku
         Begitu tujuan sudah ditetapkan hal berikutnya adalah menyusun langkahnya. Langkah awal adalah pencatatan perilaku. Di sini perilaku yang baik dan buruk perlu dicatatat. Perilaku buruk yang dicatatat adalah perilaku yang perlu dirubah untuk mencapai kondisi ideal. Sedangkan perilaku yang baik juga perlu dicatatat agar dapat mengetahui apakah dalam diri individu terdapat perilaku yang mendukung untuk menuju kondisi ideal, bila ada perilaku itu perlu dipertahankan.

4.      Menyaring Anteseden Perilaku
            Individu harus menuliskan perilaku yang ingin dirubah, dari sana individu akan dapat melihat konsenkuensi dan kerugian yang ada. Dari sini dapat menuju tahap berikutnya

5.      Menyusun Konsenkuensi yang Efektif
          Setelah kita sudah memulai mengontrol beberapa kondisi yang memicu perilaku atau kebiasaan kita. Meningkatkan pengendalian diri, maka terdiri dari mengatur konsekuensi dari perilaku kita sehingga orang lain menerima perilaku yang kita yang sudah berubah. Perlu diingat juga saat kita merubah perilaku banyak konsekuensi yang harus dipikirkan, konsenkuensi terhadap diri sendiri maupun orang lain.

6.      Menerapkan Rencana Intervensi
         Ketika kita sudah menyusun hal-hal diatas, artinya selanjutnya adalah merancang tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk melakukan perubahan. Apa saja yang harus dibuat, dan kondisi apa saja yang harus dibuat untuk melakukan tahapan-tahapan perubahan perilaku. Kemudian jalankan semuanya.

7.      Evaluasi
      Selanjutnya individu harus sering melihat dirinya, maksudnya mengevaluasi apakah sudah terjadi perubahan, atau individu tetap sesuai di rencana yang ia susun, apakah target-target yang disususun sudah mulai tercapai samapai ke tujuan terbesarnya.

Sumber:
Spencer,M.Lyle and Spencer,M.Signe, 1993, Competence at Work:Models for Superrior Performance, John Wily & Son,Inc,New York,USA

Dayakisni, Tri & Hudaniah (2003). Psikologi Sosial. UMM Press. Malang

Gibbons, Maurice. (2002). The Self Directed Learning Handbook Challenging Adolescent Student to Exel. San Fransisco: Jhon Wiley & Sons, Inc.


PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG 2

20.50 0 Comments
A.    Penyesuaian Diri Dalam Pekerjaan
            Ketika nilai-nilai dan kemampuan yang cocok dengan Pola Kemampuan Kerja dan Pola penguat Kerja, konselor memiliki tiga alat yang tersedia: Pentingnya Minnesota Kuesioner bentuk laporan, manual GATB (Departemen Tenaga Kerja Amerika, 1979), dan Minnesota Occupational Reinforcer Patterns (MOSC). Semua dapat membantu dalam mengidentifikasi pekerjaan. Yang berguna bagi klien untuk mengeksplorasi lebih lanjut. Selain itu, konsep yang relatif baru namun bermanfaat adalah bahwa gaya penyesuaian. Konsep ini menyangkut tingkat kesesuaian antara orang dan lingkungan. Empat kualitas ini cocok menggambarkan: fleksibilitas, keaktifan, reactiveness, dan ketekunan. Semua alat ini dapat membantu klien dan konselor menggunakan kekayaan informasi dan mempersempit jumlah alternatif kerja sehingga klien dapat memiliki sejumlah pilihan. Ketika klien mengambil Minnesota Importance Questionnaire, mereka menerima nilai pada enam nilai-nilai dan kebutuhan dijelaskan sebelumnya 20 pada 90 sebuah pekerjaan.
            Dalam hal dunia kerja pentingnya diri sendiri untuk menyesuaikan dengan pekerjaan tersebut, penyesuain diri pekerjaan ini sangat penting untuk memahami kepuasan kerja, penyesuain dalam persediaan dan permintaan dan pergantian pekerjaan. Hal ini sangat wajar dalam di dunia pekerjaan.
            Pengertian Kepuasaan Kerja menurut Wexley dan Yukl : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.



B.     Waktu Luang
            Memanfaatkan waktu luang dengan positif bias saja dengan berolahraga, membaca buku, menghabiskan waktu bersama dengan keluarga atau orang yang terkasih. Memanfaatkan waktu luang yang bermanfaat dan berguna.

Sumber:
Atwater, E., 1983, Psychology of Adjustment, Personal Growth in a Changing Worls, 2nd Ed., Prentice Hall, New Jersey


Schultz, D., 1983, Psikologi Pertumbuhan, Model-Model kepribadian yang Sehat, Kanisius, Yogyakarta

PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG 1

20.46 0 Comments





 Ilustrasi karyawan
© Monkey Business Images /Shutterstock



A.    Mengubah Sikap Terhadap Pekerjaan
            Awalnya individu harus mengerti apa nilai pekerjaaan itu. Nilai pekerjaan seseorang bergantung dengan bagaimana individu itu melihat pekerjaan itu sendiri. Umumnya pekerjaan dinilai sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik kemajuan rohani maupun jasmani. Pekerjaan memerlukan pemikiran yang sadar sehingga bisa dengan bebas dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu. Dan tujuan yang dicari dalam pekerjaan yaitu menjadikan pekerja menjadi “baik”. Baik disini maksudnya adalah menjadikan pekerja lebih terpenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, dan mereka menghindari aktifitas mereka yang menjadikan mereka “buruk”. Dan disini atasan juga berperan penting dalam mengubah sikap karyawan mereka agar dapat bekerja lebih keras dan mencapai kinerja pekerjaan yang lebih tinggi. Karyawan diusahakan supaya menyukai pekerjaan yang ia dapatkan agar dapat menghasilkan kinerja yang baik. Manajer dalam mengubah sikap karyawan juga harus memiliki kemampuan yang tepat, misalnya diberi bonus jika bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Diberikan reward dan punishment kepada karyawan tersebut, sehingga memunculkan sikap take and give. Ada pula hal-hal yang dicari dalam pekerjaan adalah sebagai berikut:
1.      Mencari Penghasilan
            Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong seseorang untuk bekerja.  Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu. Banyak orang yang berpindah-pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.

2.      Pengembangan Diri
            Adalah tabiat manusia untuk ingin berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari pengembangan (potensi) diri mereka. Mereka akan  mencari pekerjaan dimana mereka dapat mengembangkan diri mereka disana. Pekerjaan dengan jenjang karir bagus dimana berarti ada peluang pengembangan diri selalu menjadi incaran. Pertimbangan yang lain adalah korelasi pekerjaan dengan bidang keilmuan dan minat mereka.
Keseusaian ini akan mempermudah dalam pekerjaannya, dan sebagai salah satu bentuk pengembangan diri mereka.

3.      Mencari Teman/Sarana Bersosialisasi
            Manusia adalah makhluk sosial yang perlu untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan relasi mereka. Sebagai media dan tempat mereka untuk bersosialisasi. Dalam hal ini faktor yang menjadi pertimbangan adalah lingkungan kerja dan juga rekan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dan rekan kerja yang kooperatif menjadi pertimbangan seseorang dalam memilih suatu perkerjaan.

4.      Mencari Kebanggaan/Kehormatan Diri
            Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang lain. Pada beberapa orang, kehormatan diri juga bergantung  dari  jenis pekerjaan, tempat kerja  dan nama perusahaan. Ada orang yang merasa lebih terhormat dengan bekerja sebagai pegawai kantoran. Dan ada juga orang yang bangga dengan bekerja di perusahaan top.

            Umumnya psikologi digunakan dalam bidang HRD dalam sebuah perusahaan untuk menentukan bagaimana seorang individu ditempatkan di sebuah bdiang pekerjaan. Juga mengatur bagaimana prestasi seorang pekerja akan dinilai dan direward. HRD juga bekerja di bagian manajemen SDM, mereka juga menilai motivasi kerja, kepuasan kerja serta moral dari seorang pekerja.



B.     Proses Mencari Pekerjaan
            Proses perkembangan dalam pemilihan pekerjaan bagi individu dijelaskan oleh Donald Super. Perkembangan pemilihan karier pekerjaan dibagi menjadi lima tahap, yaitu :
Ø  Cristalization
            Individu berusaha mencari berbagai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dan nonformal untuk persiapan masa depan hidupnya.

Ø  Spesification
            Individu akan meneruskan pendidikannya pada jenjang khusus yang sesuai dengan minat-bakatnya. Masa spesifikasi ini lebih mengarah pada jalur pendidikan yang menjurus pada taraf professional atau keahlian.

Ø  Implementation
            Individu mulai menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa sebelumnya, secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan bidang keahlian atau profesi nya. Misalnya setelah ia lulus dalam pendidikan psikologi nya ia berprofesi sebagai seorang psikolog

Ø  Stabilization
            Individu menekuni bidang profesinya sampai benar-benar ahli di bidangnya sehingga individu dapat mencapai prestasi puncak. Taraf ini ditandai dengan prestasi individu menduduki posisi penting, misalnya direktur perusahaan,dsb

Ø  Consolidation
            Setelah mencapai puncak karier, individu mulai memikirkan kembali sesuatu yang telah dilakukan selama ini baik yang berhasil maupun yang gagal.

            Fase remaja sangat penting untuk dilalui oleh anak-anak karena akan memengaruhi masa depan mereka. Terutama dalam hal bagaimana anak-anak mendeskripsikan siapa diri mereka serta bagaimana mereka bersikap terhadap lingkungan mereka di masa depan. Jika anak-anak gagal menjalani fase remaja dengan baik, maka tugas-tugas perkembangan mereka di fase usia selanjutnya akan rentan terganggu. Apalagi tugas perkembangan yang utama dilakukan dalam fase remaja adalah untuk mencari identitas diri. Identitas diri mencakup bagaimana seorang anak melihat diri mereka, bagaimana mereka menilai kelebihan dan kekurangannya, bagaimana mereka menentukan bayangan sosok ideal yang mereka ingin perankan, serta bagaimana mereka menentukan bayangan masa depan yang mereka inginkan. Ketika anak-anak pada usia ini gagal mengetahui siapa identitas mereka, maka mereka akan mengalami kebingungan yang akan rentan berdampak pada tugas-tugas perkembangan mereka selanjutnya.
            Proses mencari identitas diri juga bukanlah suatu hal yang mudah. “Anak-anak harus mengeksplorasi diri mereka di dalam lingkungan serta menghadapi tantangan lingkungan, sementara di waktu yang bersamaan mereka juga mengalami perubahan-perubahan di aspek fisik, kognitif, dan psikologis, yang membuat mereka harus beradaptasi,” lanjut Pustika. Proses yang tidak mudah inilah yang membuat anak-anak kerap terkesan “labil”.

C.    Memilih Pekerjaan yang Cocok
            Untuk memilih pekerjaan yang cocok dengan diri sendiri pertama-tama kita harus bisa mengetahui karakteristik kita sendiri. Biasanya kita dapat mengikuti tes-tes psikologi yang tersedia, atau umumnya saat kita mau melamar pekerjaan kita diberikan tes psikologi yang menilai dimana seorang pekerja akan ditempatkan nantinya ketika ia sudah diterima. Ada pula ketika sekolah individu dapat mencari tahu bakat dan minat dirinya dari tes-tes psikologi yang diberikan sekolahnya dahulu. Atau bahkan kita dapat mengobservasi diri kita sendiri, mencari bagaimana gaya belajar kita, apa minat dan hal yang kita senangi. Dari hasil-hasil tersebut kita dapat memilih pekerjaan yang cocok dengan karakteristik kita. Contoh-contoh karakteristik adalah seperi: Orang yang memiliki perpaduan Koleris dan Sanguin (atau sebaliknya), biasanya memiliki kemampuan untuk memimpin karena semangat dan kepercayaan dirinya tinggi, cocok untuk bekerja dalam posisi yang harus memimpin orang lain. Orang yang memiliki perpaduan Sanguin dan Plegmatis (atau sebaliknya), biasanya memiliki kemampuan dalam membina relasi dan persahabatan, dapat bekerja di bidang konseling atau bidang pelayanan social atau bidang pelayanan lainnya. Orang yang memiliki perpaduan Plegmatis dan Melankolis (atau sebaliknya), biasanya punya kemampuan untuk menganalisa karena ketelitian dan kecermatannya, bisa bekerja dalam bidang adiministrasi atau keuangan. Orang yang memiliki perpaduan Melankolis dan Koleris (atau sebaliknya), biasanya punya semangat kerja dan produktivitas yang sangat tinggi. Itu hanyalah beberapa contoh dari banyaknya karakteristik yang ada untuk menemukan bidang pekerjaan yang tepat. Dengan mengetahui karakteristik yang individu miliki, kita dapat bekerja dengan efektif dan produktif karena adanya ketepatan dengan karakteristik yang kita miliki.

Sumber:
Atwater, E., 1983, Psychology of Adjustment, Personal Growth in a Changing Worls, 2nd Ed., Prentice Hall, New Jersey

Schultz, D., 1983, Psikologi Pertumbuhan, Model-Model kepribadian yang Sehat, Kanisius, Yogyakarta