© Wavebreakmedia /Shutterstock
I. PENGANTAR
I. PENGANTAR
A. Orientasi dan Pendeketan Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan
terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental (dari kata Latin : mens, mentis)
berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat, sedangkan hygiene (dari
kata Yunani : hugiene) berarti ilmu tentang kesehatan. Mental hygiene sering
juga disebut psikohygiene. Psyche (dari kata Yunani : psucho)
berarti napas, asas kehidupan, hidup, jiwa, roh, sukma, semangat. Ada orang
yang membedakan antara mental hygiene dan psikohygiene. Mental
hygiene menitik beratkan kehidupan kerohanian, sedangkan
psikohygienen menitik beratkan manusia sebagai totalitas psikofisik dan
psikom.
Kesehatan mental adalah kondisi atau
keadaan mental yang sehat serta terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara
fungsi jiwa untuk menghadapi segala masalah. Definisi
kesehatan mental menurut WHO merupakan
status kesejahteraan dimana setiap orang dapat menyadari secara sadar terkait
kemampuan dirinya, kemudian dapat mengatasi berbagai tekanan dalam kehidupannya,
dan dapat bekerja secara produktif yang berimbas pada kemampuan dirinya dalam
memberikan kontribusi pada lingkungan sekitar. Saparinah Sadli,
mengemukakan tiga orientasi dalam kesehatan jiwa, yaitu:
1. Orientasi
Klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai kelakuan
tertentu, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasan tak
berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau rasa “tak sehat” serta
mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Sebaliknya orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental. Kelemahan dari
Orientasi ini adalah :
Ø Simptom-simptom
bisa terdapat juga pada individu normal
Ø Rasa
tidak nyaman dan konflik bisa membuat individu berkembang dan memperbaiki diri.
Ø Sehat
atau sakit tidak bisa didasarkan pada ada atau tidaknya keluhan
2. Orientasi
penyesuaian diri
Orang dianggap sehat secara psikologis bila ia mampu
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan
sekitarnya. Normal dalam orientasi ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Normal
secara statistik : Apa adanya
b. Normal
secara normatif : Individu
bertingkah laku sesuai budaya setempat.
3. Orientasi
pengembangan potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila
ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju
kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam
psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam
setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan
tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan.
Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan
sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa
keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang
tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental
atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan
emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa.
B. Konsep Sehat
Konsep Kesehatan Mental Berdasarkan Dimensi :
1.
Emosi
Emosi adalah reaksi kompleks yang mengandung
tingkatan aktivitas yang tinggi dan diikuti perubahan dalam kejasmanian serta
berkaitan dengan perasaan yang kuat. Sehat secara emosional adalah kemampuan
seseorang untuk mengekspresikan emosinya seperti marah, senang, sedih, takut,
benci, bosan.
2.
Intelektual
Intelektual berhubungan dengan kecerdasan dalam
berfikir, dimana kita mampu untuk berfikir dalam mengolah informasi dengan baik
dan memecahkan masalahyang dihadapi.
3.
Sosial
Sehat secara sosial adalah sehat dalam
bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar tanpa membeda-bedakan
ras, agama, suku, status sosial sehingga dapat hidup bersama dengan damai.
4.
Fisik
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam
arti sehat seutuhnya. Berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih,
mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk,
nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi
fisiologi tubuh berjalan normal.
5.
Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada
definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun
informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik,
siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan
jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
C. Sejarah
Perkembangan Kesehatan Mental
Ø Demonologi
Awal
Para arkeolog menemukan kerangka manusia Zaman Batu
dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Interpretasi yang
muncul terhadap lubang tersebut adalah bahwa nenek moyang kita di zaman
prasejarah percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan adanya pengaruh dan
serangan dari roh-roh jahat. Menggunakan teknik yang
disebut trephination yaitu menciptakan sebuah jalur melalui tengkorak
sebagai jalan keluar bagi roh jahat tersebut.
Ø Masa
Roma dan Yunani Kuno
Abad 5 SM, Hippocrates (Bapak Kedokteran; penemu ilmu
medis modern) memisahkan ilmu medis dari agama, magic dan takhyul. Ia menolak
keyakinan yang berkembang pada masa Yunani itu bahwa Tuhan (dewa) mengirimkan
penyakit fisik dan gangguan mental sebagai bentuk hukuman. Hippocrates
menjelaskan tentang pentingnya otak dalam mempengaruhi pikiran, perilaku dan
emosi manusia. Menurutnya, otak adalah pusat kesadaran, pusat intelektual dan
emosi. Sehingga jika cara berpikir dan perilaku seseorang menyimpang atau
terganggu berarti ada suatu masalah pada otaknya (otaknya terganggu). Ia
merupakan pelopor somatogenesis – suatu ide yang menyebutkan bahwa
kondisi soma (tubuh) mempengaruhi pikiran dan perilaku individu.
Jika soma (tubuh) seseorang terganggu, maka pikiran dan perilakunya
juga akan terganggu. Selain Hippocrates, ada juga dokter dari Roma yang mencoba
memberikan penjelasan naturalistik tentang gangguan psikotik. Mereka adalah
Asclepiades dan Galen. Keduanya mendukung perlakuan yang lebih manusiawi dan
perawatan di rumah sakit bagi para penderita gangguan mental
Ø Zaman
Kegelapan (The Dark Ages) dan kembalinya demonologi
Kematian Galen (130 – 200 M) sebagai dokter terakhir pada
masa klasik Yunani menandai dimulainya Zaman Kegelapan bagi dunia medis dan
bagi perawatan serta studi tentang perilaku abnormal. Para pemuka agama
pada masa itu melakukan suatu upacara untuk mengeluarkan pengaruh roh jahat
dari tubuh seseorang. Metode tersebut dinamakan exorcism. Perwakilan
Gereja Katolik Roma meyakini bahwa penyihir membuat perjanjian dengan iblis,
mempraktekkan ritual setan dan melakukan tindakan-tindakan mengerikan seperti
memakan bayi dan meracuni hasil panen. Pada tahun 1484, Pope (Paus) Innocent
VIII meminta kepada para pendeta di Eropa untuk mencari para tukang sihir dan
mengumumkan hukuman mati bagi penyihir.
Selama dua abad berikutnya, lebih dari 100.000 orang yang
dituduh sebagai tukang sihir telah dibunuh. Untuk menemukan tukang sihir
dibuat buku panduan dan dilakukan “tes terapung”. Tertuduh yang tenggelam
dan terbenam dianggap tidak bersalah sedangkan tertuduh yang dapat
mempertahankan kepala mereka di atas permukaan air dianggap bersekutu dengan
iblis. Apapun hasilnya mereka akan mati. Witch hunting mulai
mereda pada abad 17 dan 18. Di Spanyol pada tahun 1610, berbagai tuduhan
terhadap tukang sihir yang ditangkap dinyatakan batal. Di Swedia, pada tahun
1649, Queen Christina memerintahkan untuk membebaskan semua tukang sihir
kecuali mereka yang benar-benar terbukti melakukan pembunuhan. Di Perancis,
tahun 1682, Raja Louis XIV mengeluarkan dekrit tentang pembebasan tukang
sihir. Eksekusi terakhir terhadap tukang sihir dilakukan di Swiss
pada tahun 1782. Sampai akhir Zaman Pertengahan, semua penderita gangguan
mental dianggap sebagai tukang sihir.
Ø Pada
Zaman Pertengahan dan Renaissance (400 – 1500 M)
Kalangan gereja dan Kristen meluaskan pengaruhnya.
Gangguan mental kembali dihubungkan dengan pengaruh spiritual dan supranatural
(Demonologi). Rennaisance bermula di Italia pada tahun 1400-an dan menyebar
secara berangsur-angsur ke seluruh Eropa. Zaman ini dianggap sebagai peralihan
dari dunia pertengahan menuju dunia modern. Ironisnya, ketakutan akan penyihir
juga mengalami peningkatan, terutama pada akhir abad ke-15 sampai akhir abad
ke-17.
Ø Pembangunan Asylums selama Renaissance (Zaman
Pencerahan)
Pada abad 15 dan 16, di Eropa mulai dilakukan pemisahan
dengan serius antara penderita gangguan mental dari kehidupan sosialnya. Disana
dibangun suatu tempat penampungan yang
disebut Asylums. Di asylums itu ditampung dan dirawat
penderita gangguan mental dan para gelandangan. Mereka dibiarkan untuk tetap
bekerja dan tidak diberi suatu aturan hidup yang jelas. Tahun 1547, Henry VIII
membangun London’s Hospital of St. Mary of Bethlehem (kemudian terkenal dengan
nama Bedlam – kata yang umum digunakan pada saat itu untuk menyebut
rumah sakit), sebagai rumah sakit pasien gangguan mental. Kondisi di Bedlam
saat itu cukup menyedihkan: suasananya sangat bising, para penghuninya dirantai
di tempat tidur mereka dan dibiarkan terbaring di tengah kotoran mereka atau
berkeluyuran tanpa ada yang membantu. Kemudian Bedlam berkembang menjadi
hiburan masyarakat untuk mencela dan menonton tingkah laku orang sakit jiwa
tersebut. Bedlam sendiri kemudian menyediakan tiket untuk dijual kepada
masyarakat.
Ø Gerakan
Reformasi : the insane as sick
Konsep baru tentang gangguan dan penyakit mental muncul
dalam Revolusi Amerika dan Perancis sebagai bagian dari proses pencerahan
(renaisans) bidang rasionalisme, humanisme dan demokrasi politik. Orang gila
(insane) kemudian dianggap sebagai orang sakit. Chiarugi
di Italia dan Muller di Jerman menyuarakan tentang treatment rumah
sakit yang lebih humanis. Tetapi perwujudan konsep baru dalam bidang ini
dipelopori oleh Phillipe Pinel (1745 – 1826). Pinel kemudian memulai
pekerjaannya dari asylums di Paris yang bernama La Bicetre) pada
tahun 1793. Kemudian pada tahun 1795 dia ditempatkan di Salpetriere (rumah
sakit jiwa untuk wanita). Ia membebaskan pasien dari ikatan rantai dan pasung
kemudian memperlakukannya sebagai seorang yang sakit dan tidak diperlakukan
seperti seekor hewan. Pinel berpendapat bahwa rumah sakit seharusnya merupakan
tempat untuk treatment bukan untuk mengurung. Menurutnya, pasien
gangguan mental pada dasarnya adalah orang normal yang selayaknya didekati
dengan perasaan iba, memahami mereka serta diperlakukan sesuai dengan
martabatnya sebagai individu. Pinel juga menentang adanya hukuman dan
pengusiran bagi para penderita gangguan mental. Pinel berpendapat bahwa rumah
sakit seharusnya merupakan tempat untuktreatment bukan untuk mengurung.
Menurutnya, pasien gangguan mental pada dasarnya adalah orang normal yang
selayaknya didekati dengan perasaan iba, memahami mereka serta diperlakukan
sesuai dengan martabatnya sebagai individu. Pinel juga menentang
adanya hukuman dan pengusiran bagi para penderita gangguan
mental. Semangat Pinel diteruskan oleh British Quakers yang membangun ‘asylums
for the insane’ yang pada waktu itu berkonotasi sebagai tempat pengungsian
dan tempat istirahat. Pada awal abad 19, rumah sakit di Amerika dan
Inggris menekankan ‘moral treatment’ untuk memulihkan kesehatan mental
melalui inspirasi spiritual, studi dan perhatian yang penuh kebajikan
(benevolent care).
Ø 1812
Benjamin Rush menjadi salah satu pengacara yang mula-mula
menangani masalah penyakit mental secara humanis. Publikasinya yang berjudul
”Medical Inquiries and Observations Upon Diseases of The Mind” menjadi
buku teks psikiatri Amerika yang pertama.
Ø 1842
Psikiater mulai masuk Rumah Sakit dan berperan,
menggantikan para ahli hukum.
Ø 1843
Di AS +/- terdapat 24 RS dengan jumlah
tempat tidur = 2.561 buah untuk menangani gangguan mental.
Ø 1908
Clifford Beers (mantan penderita manik depresif),
menulis buku “A Mind that Found Itself” yang berisi tentang pengalamannya
sebagai pasien mental dan menceritakan kekejaman di Rumah Sakit. Mendirikan
Masyarakat Connecticut untuk Mental Health yang kemudian berubah
menjadi Komite Nasional untuk Kesehatan Mental (The National Committee for
Mental Hygiene).
Ø 1909
Sigmund Freud mengunjungi AS dan mengajar
psikoanalisa di Univ. Clark di Worcester, Massachusetts.
Ø 1910
Emil Kraepelin pertama kali menggambarkan penyakit
Alzheimer. Mengembangkan alat tes untuk mendeteksi gangguan epilepsi.
Ø 1918
Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat aturan bahwa hanya
lulusan kedokteran dan yang menjalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi
calon peserta pelatihan psikoanalisa.
Ø 1920-an
Komite Nasional Untuk Kesehatan Mental menghasilkan satu
set model undang-undang komitmen yang dimasukkan ke dalam aturan pada beberapa
negara bagian. Juga membantu penelitian2 yang berpengaruh pada kesmen, peny.
mental dan treatment yang membawa perubahan nyata pada sistem perawatan
kesmen. Harry Stack Sullivan yang mengawasi pasien skizofrenia,
menunjukkan adanya pengaruh lingkungan teraupetik ketika pasien dapat
dikembalikan ke masyarakat.
Ø 1930-an
Psikiater mulai menginjeksikan insulin sebagai treatment
pasien skizofrenia. Hali ini menyebabkan shock dan koma sementara.
Ø 1936
Agas Moniz mempublikasikan
laporan tentang pembedahan otak manusia pertama.Akibatnya antara th
1936-1950-an diperkirakan telah dilakukan pembedahan sebanyak 20.000 prosedur
terhadap pasien gangguan mental di AS.Sumber:
Feist, J & Feist,
G.(2010). Theories of Personality. 7th edition.Boston: Mc Graw Hill
https://www.scribd.com/doc/165017954/Buku-Kesehatan-Mental
https://www.scribd.com/doc/134181140/MAKALAH-KESEHATAN-MENTAL-docx
http://sharenruth.blogspot.co.id/2013/03/konsep-perkembangan-pendekatan.html
http://nurfitrizalehaamma.blogspot.co.id/2015/03/pengantar-kesehatan-mental.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar