© Jeff Wasserman /Shutterstock
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
v Perkembangan Kepribadian “Self”
Self atau self
concept adalah konsep menyeluruh mengenai pengalaman yang berhubungan
dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self
concept menggambarkan konsep orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri
yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai
perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Konsep pokok dari teori kepribadian
Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan struktur
kepribadian yang sebenarnya. Carl Rogers mendeskripsikan the self
atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana
setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
1. Real
Self adalah keadaan diri individu saat ini.
2. Ideal
Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri
atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah
bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen atau sebidang. Artinya
ada saat dimana self berada pada keadaan inkongruen. Kongruensi self
ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang
kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi
“self I” dan “self me” sesuai dengan realitas dan interpretasi self yang
lain. Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan ini.
Semakin besar ketidak sebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang
dirasakan.
Bila seseorang, antara “self
concept”nya dengan organisme mengalami keterpaduan, maka hubungan itu disebut
kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut Inkongruen (tidak cocok)
yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti merasa terancam,
cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik. Sedangkan ciri-ciri orang yang
mengalami sehat secara psikologis (kongruen), dalam Syamsu dan Juntika
(2010:145) disebutkan sebagai berikut :
1. Seseorang
mampu mempersepsi dirinya
2. Terbuka
terhadap semua pengalaman
3. Mampu
menggunakan semua pengalaman
4. Mampu
mengembangkan diri ke arah aktualisasi diri (fully functioning person).
v Peranan Positive Regard dalam Pembentukan
Kepribadian
Setiap manusia
memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan,
dan cinta dari orang lain (warmth, liking, respect, sympathy & acceptance,
love & affection). Kebutuhan ini disebut need for positive
regard. Positive regard terbagi menjadi 2 yaitu:
ü Conditional
positive regard atau penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan
orang tua memuji, menghormati, dan mencintai anak dengan bersyarat, yaitu
sejauh anak itu berpikir dan bertingkah laku seperti dikehendaki orangtua.
ü Unconditional
positive regard (tak bersyarat). Unconditional positive
regard disini anak tanpa syarat apapun dihargai dan diterima sepenuhnya.
Untuk mengatasi
tekanan yang dirasakan, Rogers berpendapat bahwa terdapat cara untuk
mengatasinya, yaitu melalui Pertahanan. Ketika individu berada
dalam incongruity maka pada saat itu individu berada dalam situasi
terancam. Menjelang situasi yang mengancam itu individu akan merasa cemas.
Salah satu cara menghindarinya adalah dengan melarikan diri dalam bentuk psikologis
dengan menggunakan pertahanan-pertahanan. Dua macam cara pertahanan adalah
pengingkaran dan distorsi perseptual.
Pengingkaran adalah individu
memblokir situasi yang mengancam melalui menyingkirkan kenangan buruk atau
rangsangan yang memancing kenangan itu muncul dari kesadaran (menolak untuk
mengingatnya). Distorsi perseptual adalah penafsiran kembali sebuah situasi
sedemikian rupa sehingga tidak lagi dirasakan terlalu mengancam. Ketika
pertahanan yang dilakukan seseorang runtuh dan merasa dirinya hancur berkeping-keping
disebut sebagai psikosis. Akibatnya perilaku individu menjadi tidak konsisten,
kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak nyambung, emosinya tidak tertata,
tidak mampu membedakan antara diri dan bukan diri serta menjadi individu yang
tidak punya arah dan pasif.
v Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
1. Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman adalah
lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari
dalam dan dari luar disampaikan ke system saraf organisme tanpa distorsi atau
rintangan. Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya;
tidak ada segi kepribadian tertutup. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya
mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga
dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan
baru. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut
syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang
peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu.
2. Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya,
hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, karena orang yang sehat terbuka
kepada semua pengalaman, akan tetapi orang yang defensif harus mengubah suatu
pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan diri; dia memiliki suatu
struktur diri yang berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya.
Rogers percaya
bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat
esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu
yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu
struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen
yang berikutnya.
3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik
dipahami dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia
menulis “apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu
dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain saya telah
belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih
dapat dipercaya daripada pikiran saya?”.
Dengan
kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman
yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat
diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Karena seluruh
kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang
yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya akan diri
mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang defensif membuat
keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya.
4. Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin
seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk
memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan,
dan juga memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan
percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah
laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan
berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan
dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
Orang
yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat
memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat
mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
5. Kreativitas
Semua orang yang berfungsi
sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif kerpakali benar-benar
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus apabila
konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan merka dan
memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka sampai ke tingkat paling penuh.
Orang yang defensif, yang kurang merasa bebas, yang
tertutup terhadap banyak pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman
yang telah dikodratkan adalah tidak kreatif dan tidak spontan.
Rogers percaya
bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan
bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi
lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi
perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam pertempuran atau
bencana-bencana alamiah.
Daftar
Pustaka
Schultz,
D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Samsyu
Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar